Humbahas | 88News.id: Pasca syuro' terbatas, yang dilaksanakan pada Senin, 4 September 2024 lalu, GAPAI Sumut langsung bergerak menuju 2 lokasi daerah Minoritas Muslim yaitu Kabupaten Samosir dan Humbang Hasundutan.
Dua misi yang berbeda dijalani meskipun penuh dengan resiko dan ketidakpastian akan keselamatan jiwa. Sebanyak 24 personil Tim Safari Jihad dipimpin langsung oleh Ketua GAPAI Sumut Rahmad Gustin, SE dan penasehat GAPAI Ust. Indra Suheri, MA berangkat dari Medan Selasa, (5/11/2024) sekira pukul 03.00 dini hari.
Misi pertama menyelamatkan seorang wanita muslimah yang diduga dimurtadkan oleh seorang Katolik dengan modus pacaran lalu dihamili. Tim Safari Jihad GAPAI Sumut tiba di penyebrangan Aji Bata Parapat pkl. 09.30 menuju kapal yang membawa mereka ke Pulau Samosir, ditemani Ibu Nok Chusniah yang sebelumnya melakukan komunikasi dengan Masron Michael Sinaga yang menjadi suami Faridah Nada Kusuma.
Masron menjanjikan bahwa Nada bisa dibawa pulang ke Tangerang dengan titik pelepasan yang ia tentukan sebelumnya di kecamatan Pangururan. Tetapi dengan alasan sepeda motornya bermasalah ia meminta Ibu Nok dan Tim menjemputnya di desa mereka Simanuk manuk.
Mengingat dua kejadian sebelumnya dimana Masron ini mengingkari janjinya untuk mengijinkan Nada dijemput dan bahkan pernah "menantang" dengan menghadirkan 20-an laki-laki mabuk untuk menghalangi.
Meskipun begitu Tim Safari Jihad GAPAI Sumut telah siap dengan segala konsekwensinya dan bersedia untuk menjemput Nada di kampung mereka.
Mengingat sepanjang perjalanan Kasat Intelkam Polres Samosir terus saja menghubungi untuk minta bertemu dengan Tim sebelum menuju kelokasi yang disepakati antara Tim dan Masron, maka Tim menganggap perlu untuk berkomunikasi terlebih dahulu kepada pihak polres Samosir.
Setiba di Pulau Samosir Tim bergerak langsung ke Mapolresta untuk menemui jajaran pimpinan Polres Samosir dan disambut oleh Waka. Polres Samosir Kompol. S.T. Panggabean.
Diruangan Waka. Polres Tim melakukan diskusi terkait kasus Faridah Nada Kusuma dengan suasana memanas dan diwarnai dengan saling pendapat karena terjadi silang pendapat cukup tajam. Bahkan suasana hampir ribut dengan penyidik dan Waka. Polres Samosir karena kasus yang dilaporkan dianggap begitu cepat di-SP3 kan oleh Polres Samosir dengan dalih perdamaian yang dianggap cacat oleh Tim.
Berselang sekitar 1 jam seluruh yang hadir diruangan sempit yang disesaki dengan banyaknya orang sepakat untuk mendengar keterangan langsung dari Nada tanpa ada Masron diruangan tersebut. Lalu sebagian besar personil Tim keluar ruangan dan menghadirkan Nada untuk dimintai jawaban atas permintaan ia sebelumnya yang menginginkan untuk pulang ke Tangerang.
Begitu sampai diruangan Waka. Polres Nada dengan perawakan yang lusuh dan wajah yang kelihatan bingung dan pandangan mata yang kosong duduk bergabung dalam diskusi. Disaksikan oleh Waka. Polres dan jajarannya serta beberapa orang yang mewakili Tim Safari Jihad mendengarkan langsung keterangan dari Nada. Langsung saja Waka.
Polres mengajukan pertanyaan kepada Nada terkait apakah ia berkeinginan untuk pulang ke Tangerang lantas dengan pandangan kosong yang ditujukannya keseluruh yang hadir dan ia menjawab tidak dengan ekspresi yang datar. Seluruhnya menyaksikan nuansa batin tertekan yang diperlihatkan Nada dengan ekspresi wajah tersebut.
Akhirnya Tim mencoba mencairkan suasana dengan melakukan pendekatan persuasif untuk memberi rasa nyaman pada Nada dengan sedikit candaan dan guyonan yang mengajaknya untuk tertawa dan melepas tekanan tersebut.
Sekitar 5 menit setelahnya kemudian diberi tausiyah oleh Ust. Indra Suheri dan Rahmad Gustin akan pentingnya berbuat baik kepada orang tua khususnya Ibu. Nada dan ibunya terharu dengan mata berkaca-kaca mendengar tausiyah tentang pentingnya hubungan Ibu dan anak dalam Islam. Melihat kondisi suasana batin Nada sudah terlepas dari beban yang menghantuinya sejak ia masuk tadi, maka ibunya langsung bertanya kepada Nada terkait keinginannya apakah tetap seperti keinginan awal untuk pulang ke Tangerang ? Maka ia jawab dengan pasti "Iya Mak Nada ingin pulang".
Alhamdulillah mendengar jawaban tersebut langsung pihak Polres mempersiapkan segala keperluan administrasi untuk dimintai keterangan masing-masing pihak dalam hal ini Nok Chusniah, Faridah Nada Kusuma, dan Masron Michael Sinaga. Masing-masing membubuhkan tanda tangannya disecarik kertas yang berbeda untuk menjadi kesepakatan bersama. Alhamdulillah akhirnya Nada bisa berangkat keluar dari Pulau Samosir bersama dengan sebagian Tim kembali ke Medan dan selebihnya berjumlah 3 mobil melanjutkan perjalanan menuntaskan misi berikutnya di kabupaten Humbang Hasundutan untuk menyikapi penistaan agama yang dilakukan oleh akun Facebook bernama Sudiro Sihombing.
Perjalanan menuju Humbang Hasundutan memakan waktu tempuh kurang lebih 2 jam, meskipun sebagian besar personil Tim masih belum makan siang namun perjalanan terus dikebut mengingat waktu sudah hampir gelap. Sampai di Dolok Sanggul ibukota Kabupaten Humbang Hasundutan personil sholat di Masjid Raya Dolok Sanggul sekaligus makan malam. Dan tepat pukul 20.30 langsung menuju ke Mapolres Humbang Hasundutan yang disana telah ditunggu oleh Waka. Polres beserta jajaran.
Setibanya di Mapolres Humbang Hasundutan dialog segera dilakukan dan Tim melakukan tanya jawab terkait kasus Sudiro Sihombing yang dianggap pihak Polres Humbang Hasundutan tidak optimal dalam penanganannya. Sudah 12 hari laporan kita di Poldasu dan akun FB-nya terakhir masih bisa diakses pada tgl. 5 November siang hari dan masih melakukan penghinaan dalam status nya.
Dianggap pihak keamanan tidak serius menangani kasus ini dan mendesak dengan segera untuk menjadi atensi khusus karena hal ini berpeluang memantik gerakan reaktif yang lebih besar dari kaum muslimin. Berkembang spekulasi apakah karena didaerah Minoritas Muslim ini yang menjadi sebab lambatnya perkara untuk ditindaklanjuti ?. Semoga aparat kepolisian tidak bermain-main dengan spekulasi tersebut.
Diskusi yang terjadi sampai pukul 22.40 WIB Tim Safari Jihad GAPAI Sumut beranjak balik ke Medan. (Rahmat Gustin)