Kalimat seperti itulah yang sering diungkapkan oleh warga kota Belawan, Sumatera Utara, menyangkut kehidupan mereka dipesisir timur laut sumatera saat ini. Dari waktu 1 (satu) bulan, mereka lebih banyak merasakan bencana banjir.
"Kami sudah tak bisa lagi membedakan mana pasang perdani dan pasang biasa, karena sudah sama tinggi debit air yang masuk kedalam rumah-rumah kami", ucap warga.
Penyebab dan indikator yang paling mempengaruhi adalah tingginya abrasi tanah, serta Mangrove yang telah rusak di daerah Belawan, Limbah dan banyaknya bangunan-bangunan liar yang terus tumbuh di garis bibir pantai.
Lalu, apa solusi agar para nelayan dan masyarakat yang hidup di bibir pantai tak lagi di hantui oleh bencana Abrasi dan Banjir Rob?.
Hendaknya, semua lini bergerak untuk mulai menjaga lingkungannya. Hal pertama adalah, jangan lagi membuang sampah sembarangan, sebab sampah-sampah yang ada di seluruh daratan, akan bermuara kelautan. Dari data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) 80% sampah yang ada di lautan adalah berasal dari sampah yang ada di darat.
Tumbuhan Mangrove, juga sangat mempunyai arti di ekosistem kelautan. Tanpa adanya lagi mangrove disekitar pantai, maka tak ada lagi habitat tumbuhan dan hewan biota laut untuk bertahan dan bertelur, akibatnya banyak diantaranya yang mati dan yang tak kalah mengkhawatirkan adalah bencana Abrasi yang tak mampu terhindari. Sebab, tak ada lagi yang mampu menahan pinggiran pantai dari gelombang angin laut, yang terus menerus menggerus tanah pinggiran pantai.
(Mafa Yuli Ramadhani)