Sedih, Sejak Sidempuan Resmi Jadi Pemko, Marni Lubis Tak Mampu Bayar Listrik -->

Sponsor

Sedih, Sejak Sidempuan Resmi Jadi Pemko, Marni Lubis Tak Mampu Bayar Listrik

Admin
Jumat

Rumah miskin milik Marni Lubis, puluhan tahun tidak memiliki listrik di Desa Salambue, Kecamatan Padang Sidempuan Tenggara, Kota Padang Sidempuan, Sumatera Utara 

88News.id | Padang Sidempuan  : Sedih, ternyata Padang Sidempuan masih dihuni warga miskin. Sampai-sampai Marni Lubis (62), nenek yang hanya pasrah setelah kepala desa yang ditemuinya lepas tanggungjawab atas masalah yang sedang dihadapi Marni. Rumahnya baru saja gelap gulita setelah kabel penghubung arus di putus petugas di rumahnya. Problem nenek ini bukan karena dia terlibat pencurian arus atau menyambung listrik ke rumahnya secara ilegal. Tetapi dia merupakan korban janji yang tak kunjung pasti dari petugas listrik yang menjanjikan meteran gratis buat rumah kurang mampu seperti dia.


Dia merasa sedih karena ini adalah hari keenam rumahnya gelap gulita, di malam hari dia hanya beraktifitas dengan lampu botol minyak tanah. Resiko meletup dan kebakaran menghantui rumah papan berukuran kecil itu. Apalagi di rumah itu didiami anak-anak kecil.


Rumah dinding papan lantai semen kasar berukuran kurang lebih dari 3 kali 3 meter itu menjadi tempat baginya bersama tiga anak dan dua cucu yang masih kecil-kecil. Dia tinggal di tengah permukiman padat penduduk di dusun Salambue tak jauh dari Lapas Kelas II B Padang Sidempuan. 


Potret kemiskinan masih banyak ditemukan di desa ini. Seperti Marni Lubis seharusnya masuk kategori keluarga miskin, rumah tangga sasaran bantuan nyata pemerintah. Kini dia tidak tahu harus melapor sama siapa lagi. Yang dia inginkan hanya rumahnya kembali diterangi cahaya listrik yang selama ini dia harapkan.


"Sebelumnya saya sudah keluarkan uang satu juta dua puluh ribu kepada petugas agar listrik masuk ke rumah, tapi sampai sekarang tidak kunjung ada, yang ada malah lampu yang dipasang petugas justru diputus pula," katanya tambah sedih.


Marni juga sangat menyayangkan sikap kepala desa yang tidak memberikan solusi atas masalah yang dihadapinya.  "Saya sudah menemui kepala desa, tapi kepala desa bilang tak ada urusan lagi. Saya diarahkan langsung berurusan pada petugas yang memutus sambungan listrik ke rumah,"ujar Marni sambil menyeka air matanya karena merasa ditipu para penipu.


Dia merasa uang yang diberikan kepada petugas listrik itu sudah menjadi solusi atas masalah lampu penerangan yang belum dia miliki sejak puluhan tahun lamanya, bahkan belum punya listrik sejak Padang Sidempuan resmi menjadi berstatus pemko atau daerah otonom.


Tigor, petugas lampu  menawarkan membantu nenek tersebut punya meteran gratis sebagaimana diprogramkan pemerintah kepada warga miskin. Sebelum nenek itu punya meteran Tigor menyambungkan arus kerumahnya terlebih dahulu. Tapi kini dia putus karena rumah yang punya meteran tidak memberikan arus listrik ke rumah itu lagi.


Tigor yang ditemui secara terpisah mengakui pernah menawarkan jasa mengurus meter gratis kepada keluarga miskin. Tapi usahanya ternyata tidak berhasil sampai sekarang. Itu karena data Marni yang diserahkannya masuk antrian panjang akibatnya permohonan yang masuk ke pihak perusahan listrik negara (PLN) makin menumpuk.


"Saya akui, awalnya memang uang simpanan nenek itu dikasih sama saya tapi nominalnya tidak seperti yang disebutkan. Hanya 500 ribu selainnya berasal dari patungan warga,"cetusnya saat ditemui, Kamis (15/12/2022) barusan.


Dia mengakui pemutusan itu akibat disuruh pemiliki meteran yang tak mau lagi arusnya dibagi, karena biaya tambahan tidak ada lagi. Yang punya meteran menyuruh saya memutus karena tidak ada bantuan biaya listrik. Biasanya kepala desa yang bantu, tapi bulan ke empat ini belum ada,"ucap Tigor.


BKN



Baca Juga

Berita Terbaru